Sabtu, 13 Oktober 2012

BPPT Disarankan Kerjasama dengan PTDI Kembangkan PUNA

JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementrian Risetn dan Teknologi menggelar uji coba kemampuan Pesawat Terbang Unmaned Combat Aeril Vehicle) UCAV atau Pesawa
t Udara Nir Awak (PUNA), di

Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, kemarin sore. Pesawat tanpa awak PUNA Wulung merupakan satu dari lima pesawat yang dibuat oleh BPPT dan Kemenristek sejak tahun 2005 lalu.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengaku menyambut baik atas hadirnya pesawat buatan anak negeri itu. Dia pun menyarankan agar pemerintah segera melakukan pengembangan dengan menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melalui Komite Kebijakan Industri Pertahanan.

"Protipe itu juga diminati Malaysia. Sehingga menurut saya ujicoba itu bisa ditindaklanjuti dan bekerjasama dengan PTDI untuk proses produksi dan pengembangan teknologi," katanya kepada Okezone di Jakarta, Jumat (12/10/2012).

Pesawat yang dapat terbang di ketinggian 1.200 feet ini, menurutnya, baik jika digunakan oleh militer sebagai tambahan alutsista di Tanah Air. Dengan adanya pesawat itu, dia juga menilai bahwa sebenarnya Indonesia mampu dalam pengadaan alutsista secara mandiri.

Produksi massal juga bisa dilakukan, sehingga pemerintah tidak perlu membeli lagi peralatan dari luar negeri, tapi justru menjualnya. "Kebutuhannya sebenarnya ada di TNI. Apalagi saat ini kita sedang proses pembelian pesawat tanpa awak dari Filipina. Tentu ini akan menambah alutsista di Tanah Air," ujarnya.

Menurutnya, Komisi I DPR juga serius dalam merevitalisasi industri pertahanan nasional, terbukti dengan disahkannya UU Industri Pertahanan pada 2 Oktober lalu. "Tentu kami mendukung penuh. Buktinya UU Industri Pertahanan itu inisiatif DPR, dalam anggaran modernisasi alutsista juga akan lebih didorong," pungkasnya.

Sebelumnya, Peneliti BPPT, Adrian, pesawat yang diuji coba ini memiliki rentang sayap enam meter dengan jenis mesin dua tak, berat 30 kilogram, dengan ketinggian 1.200 feet, dan jarak tempuh 70 kilometer. "Kami sudah membuat lima pesawat, PUNA Gagak, PUNA Wulung, PUNA Sriti, PUNA Alap-Alap, dan PUNA Platuk," kata Adrian.

Adrian mengatakan, pesawat PUNA dapat digunakan sebagai pesawat pengintai dengan ditempeli sebuah kamera. Adrian menuturkan, rancangan pesawat sudah dimulai sejak 2002 dan baru dibuat pada 2005. "Dalam rentang waktu tersebut, ada beberapa pesawat uji coba yang crash. Hal ini membantu kami untuk mengetahui berapa jarak tempuhnya," tuturnya.

Pesawat ini, kata dia, dikendalikan menggunakan Grown Control Stasiun dari sebuah mobil. Pesawat PUNA juga dapat digunakan dalam semua pengintaian, seperti untuk mengecek illegal logging. "Kami juga mengakui pesawat belum sempurna, karena memiliki tingkat kebisingan 90 DB," pungkasnya.
 

1 komentar: