Rabu, 24 Oktober 2012

Latgab TNI 2012: Beri Efek Getar dan Jaga Kedaulatan NegaraApa jadinya bila pisau tak pernah diasah, tentu akan tumpul.Begitu pula dengan prajurit TNI, tanpa pelatihan apa jadinya mereka nanti, bila ada perang. Maka, latihan gabungan dila 


kukan di Surabaya, Jawa-Timur. Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2012 ini dibuka oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, di Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jawa Timur (20/10). Sebagai Komandan Upacara adalah Panglima Divisi (Pangdiv) 2 Kostrad, Mayjen TNI Setyo Sularso.

Dalam latihan ini alat utama sistem senjata (alutsista) milik TNI dikerahkan. Alutsista itu terdiri dari kendaraan tempur TNI Angkatan Darat seperti enam Tank Scorpio, dua Stormer APC, satu Stormer Co, dua Kendaraan Timhar, satu RVC, sepuluh FRS, sembilan Tank Anoa, satu Radar Giraffe, satu Ambulan dan satu Kendaraan Recovery serta 44 Kendaraan Angkut Personel. Sedangkan dari TNI Angkatan Laut adalah 35 KRI, satu Cassa, dua Heli Bell, 34 Truk, lima Tank, lima BVP, empat Kapa, 20 Ranfib, tiga Howitzer dan dua RM-70 Grad.

Dari TNI Angkatan Udara dikerahkan empat Pesawat Tempur Sukhoi SU-27/30, enam Hawk SPO, delapan Pesawat Angkut C-130 HS/H/B, satu Pesawat Angkut C-130 BT, dua Pesawat Intai Udara B-737, tiga Pesawat Intai Udara C-212, empat Heli Super Puma NAS-332/ SA-330, lima Heli Colibri EC-120b, satu Radar Smart Hunter, satu Kendaraan Angkut Rudal dan tiga Container Rudal QW 3.

Menurut, Dansatgas Penerangan Latgab TNI 2012, Letkol Laut (KH) Edys Riyanto, tujuan Latgab ini adalah untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengendalikan mekanisme operasi gabungan TNI secara tepat guna dan berhasil guna, dalam rangka menghadapi kemungkinan kontinjensi yang diperkirakan akan terjadi.

Agenda latihan dimulai dengan latihan Posko di Komando Latihan Armada Timur (Kolat Armatim) mulai 20 Oktober sampai 25 Oktober 2012. “Kita melibatkan 931 personel yang terdiri dari 240 personel sebagai penyelenggara dan 691 sebagai pelaku,” kata Edys.Sedangkan Latihan Lapangan akan dilaksanakan mulai 26 Oktober sampai dengan 30 November 2012 di perairan laut Sulawesi dan pendaratan Amphibi di pantai Sangata, Kalimantan Timur. Dalam latihan ini melibatkan sedikitnya 11.693 personel yang terdiri dari 740 personel sebagai penyelenggara dan 10.953 sebagai pelaku.

Sejarah telah menjadi dasar dalam merumuskan doktrin pertahanan kepulauan, doktrin TNI dan strategi militer nasional. Penetapan doktrin pertahanan kepulauan dan doktrin militer nasional yang komprehensif, cepat dan tepat menjadi bagian terpenting dalam penetapan strategi militer nasional dan perumusan pembangunan kekuatan, demi tercapainya postur TNI, serta memastikan tercapainya prioritas, kebutuhan keunggulan, spesifikasi, serta kebutuhan kemandirian.

“Dalam konteks konsep Minimum Essential Forces (MEF), maka konsep gelar militer pertahanan kewilayahan dan penyiapan Komando Gabungan yang memiliki Inter-Operability tinggi, serta pemilihan Alutsista yang tepat dan cepat, merupakan kata kunci keberhasilan tugas TNI dalam menegakkan kedaulatan dan menjaga keutuhan wilayah NKRI,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.

Dalam konteks Doktrin Operasi Militer Modern, kata Panglima TNI, terdapat unsur-unsur penting yang menjadi perhatian.Pertama, strategi militer atau doktrin pelaksanaan sebagai metode. ini adalah Doktrin Militer Nasional dengan turunannya sebagai Field Manual untuk setiap unit TNI. Kedua, Markas Komando yang memberikan tujuan, pengawasan, evaluasi dan otorisasi aset kepada rantai komando, dimana tujuan harus terkait dengan doktrin dan strategi militer.

Ketiga, Pusat Komando dan kendali sebagai pengelola aset dan penentu metode. Hal ini terkait erat dengan Doktrin Operasi Gabungan yang harus diintegrasikan dalam konsep K4IPPMP, yaitu Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan, Pengintaian dan Manajemen Pertempuran. Keempat, unit militer sebagai aset operasional dan aset tempur, baik tingkat Divisi, Brigade, Resimen, Batalyon, Detasemen, Kompi dan tingkat tim.

“Sampai dengan tingkat perorangan yang melaksanakan operasi intelijen khusus, merupakan unsur kekuatan yang harus dikembangkan dan diintegrasikan secara bulat,” ujar Panglima TNI.

Latihan gabungan TNI tahun 2012 ini, memiliki dimensi taktis dan strategis, serta dimensi Politis dalam konteks pertahanan dan keamanan negara. Dalam dimensi Taktis dan strategis, latgab ini diarahkan guna meningkatkan kemampuan perorangan dan satuan, serta aplikasi doktrin dan protap operasi gabungan, sebagaimana perkembangan operasi militer modern.”Sedangkan dimensi politis, latihan ini sebagai bentuk kontinuitas dan Deterrence Effect dalam penyelenggaraan keamanan negara di masa damai terhadap gangguan kedaulatan negara dan menjaga aset nasional dalam bentuk sumber daya alam dan sumber daya lainnya,” paparnya.





Latihan Gabungan TNI Libatkan 11.693 Personel SURABAYA - Sebanyak 11.693 personel dari tiga angkatan, yakni Angkatan Laut, Darat dan Udara terlibat dalam kegiatan Latihan Gabungan TNI yang berlangsung 20 Oktober sampai 30 November 2012 di Surabaya dan Sangatta, Kalimantan Timur. Latgab TNI 2012 dibuka Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam upacara militer di Dermaga Komando Armada R 




I Kawasan Timur (Koarmatim), Ujung, Surabaya, Sabtu.

Hadir dalam pembukaan tersebut tiga kepala staf angkatan, masing-masing KSAL Laksamana TNI Soeparno, KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, serta para Pangkotama dan petinggi TNI.

Komandan Satgas Penerangan Latgab TNI Letkol Laut (KH) Edys Riyanto menjelaskan, program latihan dimulai dengan gladi posko di Komando Latihan Armada Timur pada 20-25 Oktober 2012 dan diikuti 931 personel, terdiri dari 240 personel penyelenggara dan 691 personel pelaku.

Setelah latihan posko, dilanjutkan latihan lapangan di Perairan Laut Sulawesi dan pendaratan amfibi di Pantai Sangatta, Kaltim, pada 25 Oktober hingga 30 November 2012.

Selain 11.693 personel, pada latihan perang berskala besar ini juga dikerahkan berbagai peralatan tempur, antara lain enam unit Tank Scorpio, dua Stormer APC, 35 kapal perang, empat pesawat tempur SU-27/30 dan enam pesawat Hawk SPO, serta delapan pesawat angkut.

"Tujuan latihan gabungan ini untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit TNI dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan mekanisme operasi gabungan, dalam menghadapi kemungkinan kontinjensi yang muncul," papar Edys Riyanto.





Helicopter Mi-35 Hind E: Heli Serang Andalan TNI AD Tahun 2010 yang lalu, tanpa banyak publikasi yang berlebihan, Dinas Penerbang Angkatan Darat (Penerbad) TNI AD menerima 3 unit Mi-35 P, melengkapi 2 unit Mi-35 Hind E yang sudah dibeli s 


ebelumnya. Helikopter ini dibeli Indonesia dari Rusia bersamaan dengan pembelian Mi-17 v5 yang merupakan Heli Serbu. Pembelian helikopter tersebut merupakan realisasi perjanjian pemerintah RI dan Rusia pada September 2007 menggunakan fasilitas kredit pembelian luar negeri dari pemerintahan Rusia sebesar 56,1 juta dolar AS atau setara dengan 64,5 miliar rupiah. Harga itu termasuk pencakupan persenjataan dan amunisi serta pelatihan bagi para calon awak pesawat.

Mi-35 Hind E : Heli Serang Atau Heli Serbu?
Secara umum terdapat dua kategori Helikopter (CMIIW) yang dikelompokkan berdasarkan fungsi dan tugasnya dalam menjalankan sautu operasi militer. Kategori yang pertama adalah kategori Heli Serbu (assault heli) dan yang kedua adalah Heli Serang (attack Heli). Heli Serbu biasanya digunakan untuk mengangkut pasukan kedaerah operasi. Hali jenis ini biasanya hanya memiliki senjata ‘seadanya’ untuk melindungi heli tersebut dari serangan musuh. Di Indonesia, Heli jenis ini cukup banyak, diantaranya adalah Heli NBell-412 dan Mi-17 yang keduanya merupakan milik TNI AD. Pada kategori ini, fungsi heli lebih ditekankan kepada kemampuan membawa pasukan dalam jumlah yang banyak.

Sedangkan Heli Serang adalah heli yang dikhususkan untuk menyerang musuh dengan senjata yang mematikan, sehingga heli ini lebih mementingkan kemampuan membawa senjata yang banyak di bandingkan membawa pasukan. Di Indonesia, Heli jenis ini tidak sebanyak Heli Serbu, dimana Heli Serang paling hebat yang dimiliki TNI AD saat ini adalah 5 unit Mi-35 Hind E. Namun seperti saya katakana sebelumnya bahwa Mi-35 Hind E bukanlan Heli Serang Murni, karena selain bisa memiliki senjata yang mematikan, Heli ini juga bisa mengangkut pasukan bersenjata lengkap (walaupun jumlah pasukan yang bisa dibawa lebih sedikit dari Mi-17 v5).

Mi-35 Hind E milik TNI AD
Heli serang Murni saat ini cukup banyak jenisnya. Sebut saja AH-64 D Apache dari Amerika, Mi-28N Havoc dari Rusia, WZ-10 dari China, dan lainnya. AH-64D Apache Longbow disebut-sebut memiliki potensi untuk diakuisisi oleh Indonesia. Namun sampai saat ini kebenaran berita ini masih sebatas rumor, karena belum ada kontrak yang jelas antara Indonesia dan Amerika.

Senjata yang dimiliki Heli Mi-35 Hind E TNI AD
Helikopter Serang tentunya harus memiliki persenjataan yang cukup gahar mengingat fungsinya memang adalah untuk melakukan serangan ke lokasi musuh. TNI AD sebagai pengguna Helikopter ini tentunya juga sudah memikirkan hal ini. Untuk itu bersamaan dengan kedatangan armada helikopter tempur Mi-35P dari Rusia yang melengkapi Skadron 31/Serbu Penerbad pada tahun 2010, juga menyertakan paket senjata rudal anti tank. Mi-35P yang juga dikenal sebagai APC terbang yang dikarena kemampuan Mi-35 Hind E ini membawa 8 pasukan bersenjata lengkap. Mi-35 Hind E hadir melengkapi Skadron 31 dengan persenjataan yang cukup garang, seperti roket S-8 kaliber 80mm, pelontar chaff/flare, kanon standar GSh-30-2 kaliber 30mm dan rudal anti tank AT-9 Spiral-2.

Rudal AT-9 di Mi-35 Hind E milik TNI AD
Senjata yang dimiliki Mi-35 Hind E milik TNI AD cukup gahar, terutama rudal Anti Tank AT-9 Spiral-2 yang akan menjadi senjata menakutkan bagi musuh yang dilengkapi Tank sekalipun. Sama seperti penamaan rudal anti tank AT-5, nama rudal AT-9 juga merupakan nama yang diberikan oleh pihak NATO. Rudal ini cukup unik, karena fungsinya sebagai rudal anti tank yang biasanya diluncurkan dari darat, namun AT-9 Sprial-2 ini adalah rudal anti Tank yang sengaja dirancang untuk platform peluncuran dari udara.

Rudal anti tank AT-9 bisa dikatakan merupakan rudal anti tank yang masih gress, karena negara produsennya Rusia sendiri baru mulai mengoperasikan rudal ini pada tahun 1990-an. Rudal AT-9 ini didesign dengan melakukan pengembangan dari versi sebelumnya, AT-6 Spiral, dengan penyempurnaan pada sisi akurasi, kecepatan, dan jangkauan. Sistem pemandu rudal AT-9 Spiral-2 ini adalah SACLOS (Semi Automatic Command to Line of Sight), dimana operator harus membidik target sampai rudal berhasil mengenai target, jalur kendalinya berupa sinyal radio. Dalam pola pengoperasiannya, pilot dan juru tembak harus sama-sama mengarahkan helikopter ke arah target hingga rudal tepat tiba di sasaran. Namun versi terbaru dari rudal ini sudah bisa melakukan tembakan fire and forget.

Rudal Anti Tank AT-9 Spiral-2 ini sebenarnya memiliki beberapa versi yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya dalam operasi militer. Masing-masing versi memiliki keunggulan masing-masing. Diantaranya adalah jenis Anti Tank dengan tandem HEAT ( High Explosive Anti Tank ), yakni AT-9 yang dilengkapi proyektil peledak dengan dua tahap peledakan. Rudal AT-9 versi Tandem HEAT ini memang dikhususkan untuk menghancurkan kendaraan berlapis baja, termasuk MBT ( main battle tank ). Kemungkinan AT-9 yang dimiliki TNI AD adalah versi ini, namun kebenarannya belum bisa di konfirmasi.

Jenis kedua dari Rudal ini adalah AT-9 versi 9M120F yang dilengkapi dengan hulu ledak thermobaric. Pada rudal dengan thermobaric ini, peledak akan menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang lebih lama, yang biasanya dengan sebutan "airfuel bomb". Efek ledakan yang lama ini dimaksudkan untuk melibas pasukan infantri, sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah besar. Thermobaric memanfaatkan oksigen dan udara dalam peledakannya sehingga sangat pas untuk menghajar target infantri yang bersembunyi di dalam terowongan, gua, atau bunker. Rudal jenis ini sepertinya memang dikhususkan sebagai rudal anti infantry. Namun tidak ada kejelasan apakah TNI AD juga memiliki rudal jenis ini.

Jenis ketiga dari rudal AT-9 ini adalah AT-9 versi 9A220O yang dilengkapi dengan hulu ledak expanding rod yang merupakan sebuah amunisi khusus yang menggunakan pola fragmentasi ledakan annular. Jenis ketiga ini dikhususkan sebagai rudal untuk menghancurkan target berupa helicopter lain. Rudal ini dilengkapi system laser sebagai penentu keauratan termbakannya. Namun, rudal jenis ini juga belum jelas apakah dimiliki TNI AD atau tidak.

Mi-35 Hind E dan Pesaingnya di ASEAN
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa Mi-35 Hind E adalah Heli Serang (walaupun tidak murni) yang dimiliki TNI AD. Negara-negara di ASEAN juga melihat bahwa Helikopter Serang sejenis ini merupakan asset yang harus mereka miliki untuk menambah efek gentar yang dimiliki militer negara tersebut. Itulah sebabnya tidak hanya Indonesia saja yang memiliki jenis Heli Serang ini di ASEAN.

Di kawasan Asia Tenggara, ada beberapa negara yang memiliki helikopter serang. Thailand memiliki 4 unit helikopter AH-1 Cobra bekas dari AS yang diretrofit. Helikopter ini sejatinya sudah cukup ketinggalan jaman, namun dengan dilakukannya retrofit maka Helikopter mili Thailand ini juga harus diperhitungkan. Singapura tercatat memiliki armada Heli Serang paling gahar di ASEAN dengan memiliki heli AH-64 D Apache semenjak tahun 2002 dalam program Peace Vanguard sebanyak 20 unit. Separuh dari heli serang itu bermarkas di Amerika Serikat. Pada tahun 1997 sebelum Krisis Ekonomi, Malaysia mencoba mengakuisisi Heli Serang CSH-2 Rooivalk buatan Denel Afrika Selatan. Namun rencana ini gagal hingga saat ini. Indonesia yang telah memiliki 5 unit Mi-35 Hind E juga berencana menambah kekuatan dengan akuisisi heli serang murni dengan candidate AH-64 D Apache atau jenis lainnya. Namun ini masih dalam tahap penjajakan.

Dilihat dari daftar Heli Serang yang ada di ASEAN, rasanya 5 unit Mi-35 Hind E dengan rudal anti tank AT-9 Spiral 2 akan membuat kekuatan Indonesia semakin diperhitungkan. Tercatat hanya Singapura yang memiliki kekuatan Heli Serang yang jauh lebih gahar dari Indonesia. Dibandingkan Thailand dan Malaysia, saya rasa heli serang Indonesia masih lebih baik. Namun ada baiknya juga Indonesia tidak hanya dilengkapi dengan Mi-35, tetapi juga dilengkapi heli serang yang memang benar-benar heli serang murni di masa yang akan datang. Semuanya itu untuk memastikan setiap jengkal wilayang kedaulatan Indonesia terlindungi.

Analis Militer Dilarang Kopast


Armada Perang RI Laksanakan Latihan Perang ElektronikKotabaru-Konvoi unsur kapal perang RI setelah latihan Armada Jaya XXXI/2012 dinyatakan selesai selanjutnya pada saat lintas laut kembali ke Pangkalan Surabaya terlibat perang 


elektronika sejak memasuki perairan Alur Pelayaran Kepulauan Indonesia (AlKI ) sampai dengan perairan Laut Jawa,Sabtu (20/10).

Latihan peperangan Unsur kapal perang RI melibatkan sejumlah KRI melaksanakan latihan peperangan laut guna meningkatkan profesionalisme pengawak kapal perang RI dengan menggunakan peperangan peralatan elektronika , radar permukaan dan radar udara yang diawali sejak berangkat dari perairan Sangatta sampai dengan sepanjang route lintas laut menuju pangkalan Angkatan Laut Ujung Surabaya.

Dalam kegiatan lintas laut menuju pangkalan Angkatan laut Surabaya,kekuatan kapal perang RI sejumlah lebih dari 30 tersebut dibentuk dalam tiga gugus tugas dalam pelaksanaan peperangan laut mulai membentuk formasi bersama-sama dengan sejumlah unsur kapal perang RI pada posisi 28 mil sekitar Perairan Tanjung Kemuning Kotabaru Kalimantan Timur

Latihan peperangan laut melibatkan sejumlah 17 unsur KRI jenis Fregat, SIGMA, perusak kawal tipe parchim,kapal cepat FBP 57 dan LPD yang secara berkelompok tergabung dalam satuan tugas dengan nama Gugus Tugas Merah dan Gugus Tugas Biru.

Sedangkan kapal perang jenis Landhing ship tank (LST ) dan Froch dengan kekuatan lebih dari 10 KRI tergabung dalam Satuan Gugus Lambat.

Unsur Gugus Tugas Biru dengan Komandan Gugus Tugas Kolonel Laut (P) Deni Hendrata yang sehari-hari menjabat Komandan Satuan Kapal korvet Komando Armada RI Kawasan Barat dengan unsur-unsur dibtuan awah komandonya 8 kapal perang RI jenis landing Paltform Dock ((LPDserta jenis Fregat ) dan kapal Rumah sakit Sigma kelas dan kapal cepat FPB 57 serta jenis angkut tank tipe froch dan 1 pesud U612 .

Sedangkan Satuan Gugus Merah dibawah komando Komandan Satuan Kapal Cepat Armada RI kawasan Timur Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Raharjo melibatkan jenis LPD KRI Banjarmasin-592, jenis fregat KRI Oswal Siahaan -354 dan KRI Ahmad Yani-351,,jenis Sigma KRI Diponegoro-365,jenis parchim KRI Untung Suropati-372, dan kapal cepat FPB 57 KRI Hiu-804 dan 1 pesawat udara, nomed U 611.

Dalam latihan tersebut Gugus Tugas tersebut Asisten Operasi Pangarmabar Kolonel laut (P) Agung Prasetyawan ,Aslog Pangarmabar Kolonel Laut (T) Dani Achdani SE,MAP Asintel Pangarmabar Kolonrel Laut ( E) Hendrawan Bayu ,Kadiskomlek armabar Kolonel laut (E) Budi Kalimantara dan beberapa perwira yang onboard di KRI KRI Banjarmasin-592.


Sumber : Poskota




Foto: Armada Perang RI Laksanakan Latihan Perang Elektronik Kotabaru-Konvoi unsur kapal perang RI setelah latihan Armada Jaya XXXI/2012 dinyatakan selesai selanjutnya pada saat lintas laut kembali ke Pangkalan Surabaya terlibat peperangan elektronika sejak memasuki perairan Alur Pelayaran Kepulauan Indonesia (alki) sampai dengan perairan Laut Jawa, Sabtu (20/10).  Latihan perang Unsur kapal perang RI melibatkan sejumlah KRI melaksanakan latihan perang laut guna meningkatkan profesionalisme pengawak kapal perang RI dengan menggunakan peperangan peralatan elektronika, radar permukaan dan radar udara yang diawali sejak berangkat dari perairan Sangatta sampai dengan sepanjang route lintas laut menuju pangkalan Angkatan Laut Ujung Surabaya .  Dalam kegiatan lintas laut menuju pangkalan Angkatan laut Surabaya, kekuatan kapal perang RI sejumlah lebih dari 30 tersebut dibentuk dalam tiga gugus tugas dalam pelaksanaan peperangan laut mulai membentuk formasi bersama-sama dengan sejumlah unsur kapal perang RI pada posisi 28 mil sekitar Perairan Tanjung Kemuning Kotabaru Kalimantan Timur Latihan perang laut melibatkan sejumlah 17 unsur KRI jenis Fregat, SIGMA, perusak kawal tipe Parchim, kapal cepat FBP 57 dan LPD yang secara berkelompok tergabung dalam satuan tugas dengan nama Gugus Tugas Merah dan Gugus Tugas Biru.  Sedangkan kapal perang jenis Landhing ship tank (LST) dan Froch dengan kekuatan lebih dari 10 KRI tergabung dalam Satuan Gugus Lambat.  Unsur Gugus Tugas Biru dengan Komandan Gugus Tugas Kolonel Laut (P) Deni Hendrata yang sehari-hari menjabat Komandan Satuan Kapal korvet Komando Armada RI Kawasan Barat dengan unsur-unsur dibtuan awah komandonya 8 kapal perang RI jenis landing Paltform Dock ((LPDserta jenis Fregat) dan kapal Rumah sakit Sigma kelas dan kapal cepat FPB 57 dan jenis angkut tank tipe froch dan 1 pesud U612. Sedangkan Satuan Gugus Merah bawah komando Komandan Satuan Kapal Cepat Armada RI kawasan Timur Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Raharjo melibatkan jenis LPD KRI Banjarmasin- 592, jenis fregat KRI Oswal Siahaan -354 dan KRI Ahmad Yani-351,, jenis Sigma KRI Diponegoro-365, jenis Parchim KRI Untung Suropati-372, dan kapal cepat FPB 57 KRI Hiu-804 dan 1 pesawat udara, nomed U 611. Dalam pelatihan tersebut Gugus Tugas tersebut Asisten Operasi Pangarmabar Kolonel laut (P) Agung Prasetyawan, Aslog Pangarmabar Kolonel Laut (T) Dani Achdani SE, MAP Asintel Pangarmabar Kolonrel Laut (E) Hendrawan Bayu, Kadiskomlek armabar Kolonel laut (E) Budi Kalimantara dan beberapa perwira yang onboard di KRI KRI Banjarmasin-592. Sumber: Poskota

Flyer 4 × 4: Jeep Tempur Kopassus Era 90-an Sebagai unit tempur elit dengan kemampuan penyerbuan cepat, wajar bila Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD memiliki beragam kendaraan taktis (rantis). Sebagaimana tim khusus kelas dunia, 


pola gerakan Kopassus jelas beda dengan pasukan reguler, Kopassus lebih mengedepankan assault dengan unit pasukan berjumlah personel sedikit tapi mematikan. Untuk menunjang misi tersebut rantis yang dipunyai korps baret merah ini ukurannya relatif kecil.

Tapi jangan salah, meski rantisnya berukuran kecil, umumnya sekelas jeep tapi punya mobilitas tinggi. Ciri khas utama sudah pasti berpenggerak 4 roda (four wheel drive). Selain saat ini menggunakan jenis jeep Land Rover Defender MRCV, rantis P1 Pakci, Alvis Mamba, dan Casspir MK3 buatan Afrika Selatan. Di era tahun 90-an Kopassus juga menggunakan rantis yang cukup terkenal bentuknya, meski identitasnya tidak terlalu populer. Yakni rantis Flyer buatan ADI (Australian Defence Industries).

Flyer berbeda dengan kendaaran tempur Kopassus yang lainnya, desain Flyer paling unik, menyerupai kendaaran penjelajah medan pasir dan pantai ala Delta Force. Flyer member kebebasan olah gerak bagi awaknya, desainnya juga tidak member perlindungan lapis baja bagi awaknya, melainkan serba terbuka. Rangka Flyer disusun dari pipa tabular, dan dapat membawa 5 awak termasuk juru mudi.

Jumlah Flyer yang dipesan cukup banyak, tapi sayangnya yang sampai ke Tanah Air hanya beberapa unit saja. Hal ini sebagai dampak dari insiden penembakkan di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1992. Flyer mempunyai bobot 1.600 kg dan ditenagai mesin turbo diesel dengan 2.100 cc. Untuk member efek perlindungan, mesin ditempatkan pada sisi belakang. Kecepatan Flyer dapat dikebut hingga 100 km per jam dengan jarak jelajah 700 km. Untuk kendalinya, Flyer menggunakan perseneling otomatis dengan 3 tingkat percepatan.

Bagaimana dengan dukungan persenjataan? Flyer mempunyai dua dudukan senjata untuk kaliber 7,62 mm. Dalam pameran Alutsista TNI AD 2012 awal bulan Oktober, Nampak posisi senjata berada pada sisi kiri depan dan satu lagi ditengah-tengah pipa rangka. Senjata yang dipasang oleh Kopassus yakni GPMG (general purpose machine gun).

Kendaraan pelibas medan off road ini juga sangat pas untuk mendukung mobilitas tempur pasukan udara (airborne). Beratnya yang hanya 1.600 kg membuatnya mudah diangkut oleh C-130 Hercules, apagai disekujur body memang sudah disiapkan cantelan untuk dikaitkan dalam kargo pesawat.

Selain Indonesia, Flyer juga digunakan oleh Singapura, bahkan diproduksi dibawah lisensi oleh STK Singapore dengan peningkatan kemampuan mesin dan berubah nama jadi Spyder LSV. Malaysia juga ikut mengadopsi Flyer, dan diproduksi oleh Hicom Deftech. Di tangan Singapura Flyer tampil jadi monster yang cukup bergigi, ini berkat upgrade persenjataan, dimana Flyer dipasangi varian beragam senjata, mulaiu dari SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, pelontar granat kaliber 40 mm sampai rudal anti tank Spike. Uniknya, Australia sebagai negara asal Flyer justru tidak pernah mengoperasikan rantis ini untuk pasukan elitnya.

Jelas Flyer milik Kopassus tampil kalah garang dengan Flyer AD Singapura, tapi kini Kopassus juga telah memiliki rantis jenis lain yang lebih modern, seperti Mamba, Pakci, dan Casspir, walau berbeda kelas dengan Flyer. Sebagai catatan, Kopassus hingga kini belum juga dilengkapi rantis 4×4 yang dilengkapi rudal anti tank, melainkan baru sebatas pelontar granat model AGL 40 mm.

Flyer dalam sejarahnya di Indonesia didatangkan saat Kopassus dikomandani oleh Mayor Jenderal Prabowo Subianto. Dalam kenangan penulis, Flyer sempat digunakan wara wiri saat kerusuhan massa di tahun 1998, saat itu Flyer nampak siaga di sekitaran jembatan Semanggi, Jakarta.




Foto: Flyer 4 × 4: Jeep Tempur Kopassus Era 90-an Sebagai unit tempur elit dengan kemampuan penyerbuan cepat, wajar bila Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD memiliki beragam kendaraan taktis (rantis).  Sebagaimana tim khusus kelas dunia, pola gerakan Kopassus jelas beda dengan tim reguler, Kopassus lebih mengedepankan assault dengan unit pasukan berjumlah personel sedikit tapi mematikan.  Untuk menunjang misi tersebut rantis yang dimiliki korps baret merah ini ukurannya relatif kecil.  Tapi jangan salah, meski rantisnya berukuran kecil, umumnya sekelas jeep tapi punya mobilitas tinggi.  Ciri khas utama sudah pasti berpenggerak 4 roda (four wheel drive).  Selain saat ini menggunakan jenis jeep Land Rover Defender MRCV, rantis P1 Pakci, Alvis Mamba, dan Casspir MK3 buatan Afrika Selatan.  Di era tahun 90-an Kopassus juga menggunakan rantis yang cukup terkenal bentuknya, meski identitasnya tidak terlalu populer.  Yakni rantis Flyer buatan ADI (Australian Defence Industries).  Flyer berbeda dengan kendaaran tempur Kopassus yang lainnya, desain Flyer paling unik, menyerupai kendaaran penjelajah bidang pasir dan pantai ala Delta Force.  Flyer member kebebasan olah gerak untuk awaknya, desainnya juga tidak member perlindungan lapis baja untuk awaknya, melainkan serba terbuka.  Rangka Flyer disusun dari pipa tabular, dan dapat membawa 5 awak termasuk juru mudi.  Jumlah Flyer yang dikonsumsi cukup banyak, tapi sayangnya yang sampai ke Tanah Air hanya beberapa unit saja.  Hal ini sebagai dampak dari insiden penembakkan di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1992.  Flyer memiliki bobot 1.600 kg dan ditenagai mesin turbo diesel dengan 2.100 cc.  Untuk member efek perlindungan, mesin ditempatkan pada sisi belakang.  Kecepatan Flyer dapat dikebut sampai 100 km per jam dengan jarak jelajah 700 km.  Untuk kendalinya, Flyer menggunakan perseneling otomatis dengan 3 tingkat percepatan.  Bagaimana dengan dukungan persenjataan?  Flyer memiliki dua dudukan senjata untuk kaliber 7,62 mm.  Dalam pameran Alutsista TNI AD 2012 awal bulan Oktober, Nampak posisi senjata berada di sisi kiri depan dan satu lagi ditengah-tengah pipa rangka.  Senjata yang dipasang oleh Kopassus yakni GPMG (general purpose machine gun).  Kendaraan pelibas bidang off road ini juga sangat pas untuk mendukung mobilitas tempur pasukan udara (airborne).  Beratnya yang hanya 1.600 kg membuatnya mudah diangkut oleh C-130 Hercules, apagai Disekujur body memang sudah disiapkan cantelan untuk dikaitkan dalam kargo pesawat.  Selain Indonesia, Flyer juga digunakan oleh Singapura, bahkan diproduksi dibawah lisensi oleh STK Singapore dengan peningkatan kemampuan mesin dan berubah nama jadi Spyder LSV.  Malaysia juga ikut mengadopsi Flyer, dan diproduksi oleh Hicom Deftech.  Di tangan Singapura Flyer tampil jadi monster yang cukup bergigi, ini berkat upgrade persenjataan, dimana Flyer dipasangi varian beragam senjata, mulaiu dari SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, pelempar granat kaliber 40 mm sampai rudal anti tank Spike.  Uniknya, Australia sebagai negara asal Flyer justru tidak pernah mengoperasikan rantis ini untuk tim elitnya.  Jelas Flyer milik Kopassus tampil kalah garang dengan Flyer AD Singapura, tapi kini Kopassus juga telah memiliki rantis jenis lain yang lebih modern, seperti Mamba, Pakci, dan Casspir, walau berbeda kelas dengan Flyer.  Sebagai catatan, Kopassus hingga kini belum juga dilengkapi rantis 4 × 4 yang dilengkapi rudal anti tank, melainkan baru sebatas pelempar granat jenis AGL 40 mm.  Flyer dalam sejarahnya di Indonesia didatangkan saat Kopassus dikomandani oleh Mayor Jenderal Prabowo Subianto.  Dalam kenangan penulis, Flyer sempat digunakan wara wiri saat kerusuhan massal di tahun 1998, saat itu Flyer tampak siaga di sekitaran jembatan Semanggi, Jakarta.

UU Kamnas Di Berlakukan DI Semua Negara Pembicaraan Malam Tadi, Di Apa kabar Indonesia Malam TV One, Sangat Menarik membahas soal Polemik RUU Keamanan Nasional. Yang Hingga saat ini masih menjadi bagian banyak kalangan, terutama aktivis yang mengaku paham akan Hak Azasi Manusia. Dalam diskusi nya malam tadi, anggota Komisi 1 DPR RI FPDIP Tubagus Hasanudin, mengatkan Keterlibatan satuan-sat 


uan lain di luar satuan Polisi itu di anggap sudah punya UU PKS. Soal RUU Kamnas menurutnya jika di bahas dulu dari awal sampai akhir, bisa kita katakan penting dan tidak penting. Bisa Saja negara dapat dikatakan terancam secara nasional.Namun Dalam parameter itu tidak boleh melanggar rambu-rambu HAM. Dan ini harus di cermati dan duduk bersama antara pemerintah, dengan DPR, dan rakyat yang paling penting. Menurut Hasanudin , UU Ini menjadi program legislasi nasional dan prioritas di 2012. Tentu pemerintah yang meminta inisiasi itu meminta kepada DPR. UU Organik itu ada 13. UU TNI, UU Penanggulangan Bencana. Itu tidak ada yang mensinergikannya. UU Kamnas itu di anggap sebagai UU sistem Dan Semua negara itu punya UU Kamnas. Semua negara mempunyai nasional security sistem. Faktor pengamanan itu tidak bersinergi, Oleh karenanya UU Keamanan itu mengatur sistem.

Sementara itu Ismail Hasani, perwakilan dari Setara Institut mengatakan Ada satu reduksi tujuan nasioanal yang di anggap diabaikan. Disederhanakan tujuan keamanan itu untuk kesejahteran dan keamanan. Ismail menanyakan , Kenapa pasal yang disajikan pasal keamanan. Menurutnya ini yang akhirnya menjadi pertanyaan banyak pihak. Apa yang terjadi ditengah masyarakat menurutnya Persoalan ini soal koordinasi.. RUU Ini mendasarkan sejumlah pasal, yang pertama bela negara, kedua NKRI, dan pasal 30 pertahanan negara. Sesungguhnya yang dilihat oleh Setara Institut di anggap tidak mengintruduksi. Justru UU cadangan militer. DI khawatirkan dengan tiga persoalan ini. Walaupun UU bisa dibatalkan, UU ini di anggap masih bisa ditunda, tidak urgent 2012.

Sementara itu staf Ahli menteri pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin, dalam dialog dengan tvone malam tadi , menegaskan bahwa UU Kamnas ini tidak latah. Ini tidak bersinergi. Ada ruang kosong. Itu kita tidak punya . Semua negara itu punya. Saya sekolah kamnas di Cina. Sekarang saya diskusi kamnas dari berbagai negara. Saya melihat negara terjadi masalah keamanan nasional. Sekarang itu terjadi gangguan keamanan nasional. Teroris terjadi di mana-mana. Menurut Hartind Bangsa Indonesia itu bangsa yang berdaulat. Dalam UU itu berdasarkan kebutuhan bangsa ini. Bahkan timor leste saja sudah punya. ” Mari kita urus, bahwa di luar negeri sudah punya UU itu terlihat kebutuhan kita”. Di gambarkan dalam RUU Kamnas itu tak ada kata teroris, saya hapal dari A-Z. masalah teroris itu ada di RUU teroris. Itu disinergikan dalam pengamanan. Saya mengajukan contoh. Ini diajukan pemerintah, lalu atas Bamus, dan diserahkan ke Komisi I. kami DPR mewakili rakyat. Kami bertanya A-Z, dan rakyat melakukan penolakan itu. Kalau mau jujur RUU yang diajukan pemerintah itu belum final. Itu dilingkungan pemerintah itu belum setuju. Misalnya Polisi ini tidak setuju dengan RUU ini. Kami ingin agar diselesaikan dulu diantara pemerintah.


Menakar Peluang Ical Bakrie pada Pilpres 2014 Beberapa hari lalu kantor berita Antara merilis berita tentang hasil survei dari Political Weather Station (PWS). Survei ini mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas calon presiden (capres) dari Partai Golkar Aburizal Bakrie. Kenapa survei ini dikhususkan untuk mengukur probabilitas peluang Ical saja, tak ada penjelasannya.Sebenarnya dikhususka 


n untuk menilai tokoh-tokoh dari partai Golkar. Tampaknya perlu juga dipertanyakan, survei ini dilakukan atas pesanan pihak mana, sehingga dikhususkan pada politisi asal Partai Golkar saja. Survei itu dilakukan di 33 provinsi se-Indonesia, mulai tanggal 7 September s / d 7 Oktober 2012. Jumlah respondennya 1.070 orang, dengan teknik pencuplikan berjenjang, dengan margin of error kurang lebih 3%. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan pedoman kuesioner. Hasilnya sungguh mengejutkan, sebab Ical sebagai Ketua Umum PG yang sudah diketahui publik berambisi untuk mencalonkan diri menjadi Presiden RI pada pilpres 2014 nanti, ternyata tingkat popularitasnya masih sangat rendah, bahkan dibandingkan dengan tokoh pendahulunya yang sudah tak lagi aktif di partai Golkar, Jusuf Kalla. Elektabilitas (tingkat keterpilihan) Aburizal Bakrie (ARB) hanya 16,35%, kalah jauh dibanding Jusuf Kalla (JK) yang elektabilitasnya mencapai 22,14%. Ical juga patut merasa prihatin, karena elektabilitasnya dibayangi juniornya yang kini menjabat Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso, yang meraih nilai 12,24%. Priyo mengungguli seniornya di PG seperti Akbar Tandjung (11,21%), Fadel Muhammad (9,81%), Agung Laksono (4,48%), Hajriyanto Tohari (0,46%), Sharif cicip (0,09%) .Memang masih ada responden yang menjawab rahasia (4,39%) dan undecided (18,83%). Kalau soal tingkat kesukaan responden terhadap Ical, hanya 45,6%. Posisinya jauh di bawah JK yang mencapai 70% bahkan kalah dibanding Priyo Budi Santoso yang meraup 49,25%. Sementara tingkat kesukaan terhadap Akbar Tandjung menyusul Ical dengan angka 40,84%, Fadel Muhammad di bawanya lagi, 35%, lalu berturut-turut: Agung Laksono 32,89%, Hajriyanto Tohari 23,64% dan Syarif cicip 19,71%. itu baru sebatas tingkat elektabilitas dan tingkat kesukaan di internal Partai Golkar, belum lagi kalau dibandingkan dengan calon-calon presiden dari parpol lain, semisal Prabowo, Megawati dan mungkin nama lain. Padahal, jika berlaga di Pilpres nanti, Ical harus mampu mengalahkan calon-calon yang diusung partai lain yang mungkin kinerja mesin politiknya jauh lebih efektif ketimbang Golkar. Seperti kita tahu, tahun 2004 Golkar mengusung Wiranto dan kalah sejak di putaran pertama. Tahun 2009 mengusung JK dan ternyata hanya mendapatkan suara urutan terakhir. Ini bukti bahwa Partai Golkar kinerja mesin politiknya tak bisa diandalkan dalam event pemilihan langsung. Kalau mau jadi tolok ukur terakhir, saat Pilgub DKI kemarin Golkar mengusung Alex Noerdin yang pencalonannya didukung penuh Ical. Kita tahu hasil akhirnya Alex hanya mendapat kurang dari% 5 suara saja, bahkan kalah dibandingkan Faisal Basri yang tak di back up parpol! KENAPA ELEKTABILITAS dan popularitas Ical RENDAH? Penyandang apa upaya Ical untuk mendongkrak popularitasnya? Sejak awal tahun ini, billboard ukuran besar (bukan sekedar spanduk atau baliho semata) telah tersebar di seluruh penjuru tanah air. Ribuan kilometer jalan - mulai jalan utama sampai jalan pelosok - berdiri tegak papan iklan bergambar Ical tersenyum dengan baju kuningnya. Lalu anggota legislatif Partai Golkar diwajibkan membeli tas bergambar Ical yang didalamnya berisi paket sembako, untuk dibagikan saat mereka reses dan menemui konstituennya. Berita yang pernah saya baca beberapa bulan lalu, setiap anggota DPR wajib membeli tas kuning bergambar wajah Ical itu senilai Rp. 10 juta! Bayangkan, ada berapa tas paket sembako yang didapat dengan uang sepuluh juta rupiah? Kalikan dengan jumlah legislatif Partai Golkar yang jumlahnya terbanyak kedua setelah Partai Demokrat. Mestinya sudah cukup untuk mendongkrak popularitas Ical bukan? Tapi popularitas ternyata tak bisa didongkrak secara instant dengan teknik populis seperti itu. Masyarakat sudah semakin pintar dan tak mudah dicecoki dengan doktrin. Orang tak langsung simpati dengan paket sembako yang dibagi sekali dalam 5 tahun. Publik tidak otomatis mengenal figur seorang tokoh dari banyaknya papan iklan yang dipasang. Kiprah dan rekam jejak sang politisi atau tokoh itulah yang lebih dalam tertanam di benak masyarakat. Banyaknya issu negatif yang melilit Ical dan kelompok usaha Bakrie, dianggap sebagai penyebab stagnannya tingkat popularitas apalagi elektabilitas Ical. Ada kasus luapan lumpur Lapindo yang hingga kini sudah 6 tahun lebih tak kunjung beres urusan ganti rugi hak warga yang jadi korban, bahkan dananya dibebankan kepada negara. Sebuah film dokumenter yang memenangkan Eagle Documentary Award belum lama ini, berjudul "Setitik Asa Dalam Lumpur" benar-benar memotret kehidupan masyarakat korban lumpur Lapindo yang kini tercerabut dari tanah leluhurnya dan terpaksa menjalani profesi seadanya demi bertahan hidup. Tnetu hal semacam ini lebih efektif memicu emosi pemirsa TV ketimbang iklan politik Ical yang ditayangkan televisi miliknya.1350986499513916070 Bahkan datang ke daerah pun disambut dengan baliho raksasa seperti ini Belum lagi issu seputar kasus pengemplangan pajak yang sudah ada sejak Sri Mulyani Indrawati jadi Menkeu - kabarnya SMI digusur ke IMF juga karena faktor ketidaksukaan Ical - dan makin terang benderang ketika muncul kasus Gayus. Dalam pengakuannya di persidangan saat masih didampingi pengacara Adnan Buyung Nasution, Gayus jelas-jelas di depan hakim Albertina Ho mengakui dirinya menerima Rp. 30 milyar dari 3 perusahaan Grup Bakrie untuk "memuluskan" urusan pajaknya. Bahkan ketika Gayus tertangkap lensa kamera fotografer Kompas sedang menonton pertandingan tenis di Bali, dikabarkan dirinya bertemu Ical di Bali. Direktur Riset Politik Weather Station (PWS) Marcedes Marbun mengatakan pihaknya telah melakukan pengumpulan data antara tanggal 7 Oktober 2011 hingga 7 Oktober 2012 terhadap sejumlah media massa.Pemantauan dilakukan terhadap pemberitaan di 12 surat kabar nasional, 7 media online, dan 6 televisi. Surat kabar yang dimonitoring adalah Bisnis Indonesia, Republika, Indo Pos, Jurnas, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Sindo, Sinar Harapan, Suara Pembaruan dan The Jakarta Post. Untuk media online, yaitu Antaranews.com, detik.com, inilah.com, kompas.com, okezone.com, tempo.com, dan vivanews.co.id. Yang terakhir ini portal berita milik kelompok Bakrie, satu grup dengan TV One. Sedang televisi yang dipantau adalah Metro TV, RCTI, SCTV, Trans TV, TV One, dan TVRI Pusat. Hasil monitoring atas pemberitaan media tersebut terhadap Ical, hanya 45% yang positif. Sedang negatifnya 22%, netral 27% dan positif-negatif 6%. Padahal pemberitaan positif terhadap Jusuf Kalla mencapai 73%, negatif-nya hanya 5%, netral 16% dan positif-negatif 6%.Posisi pemberitaan terhadap Priyo Budi Santoso juga lebih baik dibandingkan Ical. Pemberitaan positif Priyo sebesar 52%, negatif 13%, netral 26% dan positif-negatif 9%. Peneliti Founding Father House, Dian Permata, mengatakan, pernyataan yang sering diungkap Ical seringkali justru membuat elektabilitasnya turun."Sewaktu ditanya pendapatnya tentang korban Lapindo yang jalan kaki, beliau justru menjawab" capek dong ". Ini sama sekali tidak menunjukkan awareness dan menjatuhkan elektabilitasnya, "kata Dian. Faktor lain yang dianggap menjadi faktor tak naiknya popularitas Ical adalah konflik internal Partai Golkar dan issu jawa - non Jawa. Untukk 2 issu terakhir ini penulis sedikit kurang sependapat. Sebab jika dilihat dari aspek konflik internal, Partai Demokrat-lah yang konflik internalnya jauh lebih parah dan mencuat sampai jadi konsumsi media selama 2 tahun terakhir ini.Begitu pula issu Jawa - Non Jawa, gugur dengan tingginya tingkat elektabilitas dan popularitas Jusuf Kalla yang jelas bukan orang Jawa. Dan penulis cenderung berpendapat masyarakat kini tak menpan lagi disuguhi issu primordialisme dan kesukuan. Ketika dalam Pilgub DKI kemarin diusung issu calon yang orang Betawi, ternyata orang justru memilih Jokowi yang wong Solo asli. Untuk Indonesia secara keseluruhan, saya pribadi berpendapat publik tak terlalu peduli latar belakang etnis calon pemimpinnya. Apakah itu JK yang orang makasar, Mahfud MD yang orang Madura, Ical yang orang Palembang, semua ditentukan oleh kredibilitas dan integritas pribadinya. Ical sudah pernah duduk di Pemerintahan.Pada masa awal pemerintahan SBY yang pertama, tahun 2004, Ical dipercaya menjadi Meko Perekonomian. Hasilnya? Tim ekonomi itu juatru disebut Tim Ekonomi terburuk pasca reformasi.Sebab hanya dalam tempo setahun sejak dilantik pada Oktober 2004 sampai 01 Oktober 2005, sudah 2x menaikkan harga BBM, yaitu pada April 2005 dan 1 Oktober 2005. Banyak pihak kemudian berdemo meminta Ical dicopot dari Kabinet. SBY kemudian menggeser posisi Ical menjadi Menko Kesra dan saat menjabat jadi Menko Kesra itu justru terjadi bencana lumpur Lapindo yang justru menyengsarakan rakyat dan membebani APBN. Jadi, masyarakat tentunya menilai dari banyak faktor. Kini, jika Anda menonton tayangan TV One, sesekali muncul iklan ARB for President 2014. Silakan saja Ical melakukan serangan udara melalui televisi miliknya, tapi pilihan rakyatlah yang akan menentukannya nanti.